MAKASSAR – Pembakaran salinan Alquran oleh salah seorang politisi Swedia Rasmus Paludan mendapat reaksi kecaman dari dunia internasional. Aksi yang kontroversi ini kemudian menimbulkan gejolak politik bahkan berefek hingga ke Indonesia.
Perkembangan pemberitaan yang massif membuat masyarakat tergiring dengan beragam opini. Menyikapi hal tersebut, Syarifuddin Daeng Punna ketika dihubungi pewarta turut mengecam apa yang dilakukan oleh Rasmus Paludan.
Menurut pria yang akrab disapa SAdAP ini, bahwa tindakan Paludan ini harus disikapi secara arif dan bijaksana. SAdAP katakan demikian sebab dunia internasional telah mengambil sikap dengan melakukan kecaman, tidak hanya dari pihak muslim saja namun kecaman juga datang dari umat non muslim.
“Artinya bahwa hal ini adalah perbuatan oknum, dan pertanggung jawabannya dilimpahkan ke oknum jadi jangan sampai masalah ini mengkristal lalu kemudian kita meng-generalisasi non muslim.
Sekali lagi saya katakan bahwa ini ulah oknum,” tukas salah satu pengurus Syarekat Islam ini.
Seharusnya sebagai bangsa Indonesia kita tidak perlu begitu reaktif untuk melakukan Unjuk rasa secara besar-besaran. Hal ini justru akan semakin memperkeruh stabilitas politik dan keamanan, apalagi jika sudah disusupi kepentingan tertentu maka akan sangat mudah untuk dibenturkan.
Pesan saya, cari opsi lain dalam menyikapi permasalahan ini. Apa yang disampaikan oleh kementerian agama yang turut mengecam adalah representase dari umat. Jadi tidak perlu ada lagi gerakan tambahan.
Analogi yang sederhana misalnya Sajadah yang sudah kusam jangan dijadikan alas kaki, sebaiknya dibakar agar tidak terinjak sebab kita selalu terjebak dengan persoalan simbol-simbol sehingga sangat mudah memunculkan kebencian hanya karena simbol.
“Saya berharap agar bersama-sama kita jaga toleransi, jaga kebersamaan dalam perbedaan, jangan mudah terprovokasi oleh isu yang menyesatkan,” tutup SAdAP.
The post Pembakaran Alquran di Swedia, Begini Reaksi SAdAP appeared first on Accarita.