MAKASSAR – Celebes Green Project dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar menggelar webinar bertajuk “Survey akses air bersih, higienie dan sanitasi di Kecamatan Tallo Tahun 2022”.
Kegiatan ini sebagai bentuk program lanjutan untuk Makassar Je’neTallasa. Dari hasil diskusi tersebut, ternyata banyak masyarakat yang bermukim di kecamatan Tallo masih jarang memakai sumur bor.
Rata-rata ada pipa PDAM masuk ke rumah ataupun hanya di halaman rumah saja. Mereka ini yang tersebar di kelurahan Wala-walayya, Bunga Eja serta Rappokalling dan yang ada di Tallo.
Rektor ITEKES Tri Tunas Nasional sekaligus Dosen DPK STIK Makassar, Basri SKM., M.Kes l., Ph.D mengatakan mereka telah melakukan penelitian terhadap mengenai survey akses air bersih di kecamatan Tallo. Ada 200 rumah tangga yang dijadikan sampel.
“Masyarakat disana masih banyak menggunakan air galon untuk minum, sekitar 40 persen. Selebihnya mereka minum pakai air PDAM lalu air ledeng,” ucapnya.
Umumnya diatas 60 persen mengalami gangguan seperti kekurangan air yang mengalir saat kemarau, hingga masalah tabung atau bor.
“Jadi bisa dilihat bahwa untuk mendapatkan air bersih, mereka kadang kala membeli air galon untuk di konsumsi. Pengeluarannya dirata-ratakan Rp150.000 per bulan,” tuturnya.
Program Manager Celebes Green Project, Indah Arifah Febriany mengatakan Webinar ini merupakan salah satu bentuk kemitraaan yang dilakukan.
“Jadi ada institusi antara Celebes Green Project dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar. Membahas mengenai air bersih di Kecamatam Tallo, juga untuk memenuhi produk knowledge program Makassar Je’ne Tallasa,” ujarnya
Kepala Bappeda Kota Makassar, Helmy Budiman mengatakan di Makassar sendiri daerah yang krisis air itu ada di Kecamatan Tallo.
Untuk itu kata Helmy, 2023 ini sudah dibangun sumur bor dan sarana ipal komunal. Ketika masalah air ini bisa di pecahkan maka biaya yang dikeluarkan untuk air.
“Kalau ini terwujud, uangnya kan bisa dialihkan misal membeli makanan bergizi atau susu untuk anak,” ucapnya
Kabid Iptek Pembangunan Balitbang, Muhammad Amri mengatakan melihat ketersediaan air melalui galon menimbulkan efek pembiayaan. Tapi ada juga kondisi masyarakat yang cukup, jadi pembelian air galon tidak menjadi beban.
“Kalaupun masyarakat terbebani maka ada terobosan yang mau dibuat untuk bisa dimanfaatkan masyarakat demi air minum,” tuturnya.(dn)