Kebakaran SMP 8 Makassar, Dinas Pendidikan Layangkan Surat Terbuka untuk PLN

oleh -105 views
oleh

Kebakaran SMP 8 Makassar, Dinas Pendidikan Layangkan Surat Terbuka untuk PLN  - Rakyat Sulsel

Dinas Pendidikan Kota Makassar melayangkan surat terbuka kepada PLN Wilayah Sulselrabar atas pemadaman listrik bergilir yang terjadi di Kota Makassar.

Pemadam listrik itu mengakibatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 8 Makassar yang berlokasi di Jalan Batua Raya, Kecamatan Panakkukang Makassar terbakar pada Senin (30/10) malam pukul 21.27 Wita.

“Kami, Keluarga Besar Dinas Pendidikan Kota Makassar melalui surat terbuka ini, ingin menyampaikan rasa kecewa sekaligus keluhan kepada PLN Wilayah Sulselbar yang melakukan pemadaman bergilir setiap hari di wilayah Kota Makassar,” terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Muhyiddin pada keterangan tertulisnya.

Muhyiddin mengatakan kebakaran yang terjadi di SMP 8 Makassar beberapa hari lalu disebabkan oleh korsleting listrik. Akibatnya, satu ruang guru hangus terbakar.

“Setelah dilihat dari CCTV, ternyata pemicu kebakaran akibat muncul percikan api dari kipas angin yang terus bekerja,” ucap Muhyiddin.

Ia mengungkapkan korsleting listrik dipicu karena terjadi pemadaman di SMP 8 Makassar pada pukul 12.40 Wita siang. Pemadaman tersebut berlangsung hampir selama tiga jam.

Di mana, saat pemdaman listrik terjadi alat elektronik termasuk kipas angin tidak di matikan oleh para guru sebelum meninggalkan sekolah.

Sehingga, saat listrik sudah hidup, alat elektronik seperti kipas kembali menyala. Bermula dari situ, kipas angin mengeluarkan asap dan percikan api karena korslet.

“Kipas angin yang terus bekerja menimbulkan percikan api sehingga membakar seluruh ruangan. Kalau kondisinya sudah seperti itu, siapa yang bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita pihak sekolah,” jelas Muhyiddin.

Bahkan tak hanya kebakaran saja, kata Muhyiddin, selama pemadam listrik yang berlangsung selama beberala hari terakhir membuat aktivitas belajar mengajar menjadi terganggu.

Terkhusus, bagi para peserta didik yang harus menggunakan fasilitas sekolah atau sarana belajar yang memerlukan arus listrik.

“Peserta didik yang ingin memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer maupun laboratorium lainnya terpaksa tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar,” kata Muhyiddin.

“Padahal, kami dari satuan pendidikan terus berupaya untuk memanfaatkan waktu belajar para peserta didik secara maksimal,” sambung Muhyiddin.

Selain itu, pemadaman listrik yang dilakukan secara bergilir juga mengakibatkan banyak peralatan elektronik yang rusak akibat terputusnya aliran listrik secara tiba-tiba. Sejumlah alat peraga sekolah tak bisa difungsikan karena mengalami korsleting.

Maka dari itu, Muhyiddin meminta pertanggung jawaban dari pihak PLN atas kerugian yang ditimbulkan akibat pemadaman listrik ini.

“Kami berharap PLN bisa menyikapi berbagai persoalan yang terjadi akibat pemadaman listrik ini. PLN harus memiliki tanggung jawab sosial terhadap kerugian-kerugian yang dialami warga selama ini,” tutup Muhyiddin.