“Itu mi saya bilang kenapa jauh-jauh dibawa ke sini (Makassar), mesti dibawa di Sulbar ki, kalau begitu kan kemungkinan dia ketemu orang,” ucapnya, Jumat (13/5/2022).
Danny mengaku bukannya melarang. Hanya saja dirinya cemas di tengah kabar penularan penyakit hepatitis misterius yang saat ini tengah diantisipasi masuk ke Kota Makassar.
“Saya sedikit anu (cemas), mestinya di Sulbar dibawa, jangan bawa ke sini. Inikan penyakit menular. Makin panjang perjalanan, makin banyak bisa ditular. Begitukan logikanya,” ujarnya.
Dia berharap hal seperti ini bisa dikoordinasikan lebih dulu. Dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan agar bisa disiapkan penanganan dan pencegahannya.
“Saya tidak keberatan (ada pasien dirujuk masuk RS Makassar), tapi mesti dipertimbangkan,” ucap Danny.
Namun dia menuturkan pasien asal Polewali Mandar (Polman), Sulbar itu, mengidap penyakit rubella. Meski saat ini pasien anak 9 tahun itu masih menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makasssar.
“Tapi ternyata tidak ji (hepatitis misterius) tawwa, (pasien didiagnosis mengidap) penyakit rubella,” ungkap dia.
Danny pun terus memonitor perkembangan pasien tersebut. Di samping pihaknya terus memaksimalkan antisipasi pencegahan penularan hepatitis misterius.
“Saya monitor terus, kalau sudah begini, harus dimonitor. Ada yang sakit dibawa (ke RS), langsung laporan,” tegasnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar dr Nirsaidah Sirajuddin mengatakan perilaku hidup bersih (PHBS) sebagai langkah menjauhi penyakit hepatitis misterius. Sejauh ini, belum ada informasi terkait penyebab dari penyakit tersebut.
“Bagaimana masyarakat agar selalu menjaga perilaku hidup bersih demi mencegah penularan virus hepatitis (hepatitis misterius) karena sejauh ini kita tidak tahu juga apa penyebabnya,” pungkas dia.
Untuk diketahui, seorang anak berusia 9 tahun asal Polewali Mandar (Polman), Sulbar tengah dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makassar sejak Minggu (8/5/2022). Pasien itu memiliki salah satu gejala penyakit menular akut itu, yakni mata kuning.
Dari hasil diagnosis yang didapatkan sejak dirawat, pasien terkonfirmasi mengidap tifus dan rubella. Namun, pihaknya masih akan melakukan beberapa tes untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
“Ada tifus (demam tifoid) ada rubella tapi masih dilakukan tes dengan peralatan canggih betulkah rubella, betulkah tifus (demam tifoid),” ungkap Dokter Spesialis Anak RSWS Makassar dr Setia Budi, Jumat (13/5/2022).
Menurutnya, berbagai tes masih harus dilakukan pada pasien mata kuning sebab berkaitan dengan berbagai macam penyakit salah satunya hepatitis. Tes dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis-diagnosis pembanding lainnya.
“Semua mata kuning itu hepatitis, cuma penyebabnya berbeda. Diinvestigasi penyebab yang lainnya, mulai dari virus hepatitis A, B,C ,D, E, mulai dari bakteri dan lainnya karena banyak penyebabnya,” tuturnya.(*)